Berita Terbaru

Kepala KUA Penghulu KUA
Sumaila, S.Pd.I (Ka.) dan Fajruddin, S.Ag (Penghulu)
Subscribe

Subscribe

Subscribe

Subscribe

Subscribe

Subscribe

Agama Memberikan Solusi dalam Menanggapi Permasalahan Musibah

Musibah secara kharfiah berarti suatu hal yang tidak disenangi, kata lain dari musibah ialah bencana. Musibah adalah permasalahan manusia yang sewaktu-waktu bisa menimpa dan itu merupakan hal-hal yang tidak menyenangkan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Dengan pembawaan manusia yang terlahir beragama, Agama adalah kebutuhan manusia, Agama di anggap sebagai suatu jalan hidup bagi manusia (way of life) menuntun manusia agar hidupnya tidak kacau. Dalam kehidupan, agama pada dasarnya mengajarkan kepada umatnya untuk menjalankan kehidupan di dunia ini dengan amal perbuatan yang baik. Sebab tujuan utama dari agama adalah mengantarkan umat manusia menuju sebuah keselamatan hidup, baik masa kini maupun masa mendatang. Harapan akan keselamatan itu akan selalu menjadi dambaan manusia, tatkala ancaman penderitaan yang dirasakan semakin mengecilkan eksistensinya seperti halnya musibah. Kenyataan seperti itu seolah membuktikan bahwa agama merupakan kebutuhan bagi setiap unsur kehidupan di muka bumi ini.
Dalam permasalahan musibah, pada dasarnya setiap agama mempunyai pandangan yang berbeda dalam menanggapinya. Dari pandangan yang berbeda tersebut bagaimanakah pandangan agama Islam dan Kristen dalam menanggapi permasalahan musibah? dan bagaimana solusi agama Islam dan Kristen guna menanggapi permasalahan musibah? Di mana agama memandang permasalahan musibah merupakan permasalahan manusia yang harus dicarikan solusinya.

Para ahli sosiolog, memandang agama sebagai peryataan atau perwujudan sifat hanif manusia yang telah tertanam dalam jiwa. Oleh karena itu, beragama adalah amat natural, dan merupakan kebutuhan manusia secara esensial, dalam menanggapi permasalahan yang dapat mengecilkan eksistensi manusia, disaat manusia dalam kericuhan, kekecewaan dan sebagainya, agama mempunyai peran penting dalam menanggapi permasalahan manusia tersebut, yang diantarnya yaitu musibah. Agama memberi makna pada kehidupan individu dan kelompok, juga memberi kelanggengan hidup setelah mati. Agama dapat menjadi sarana menusia untuk mengangkat diri dari kehidupan duniawi yang penuh penderitaan, mencapai kemandirian spiritual. Agama memperkuat norma-norma kelompok, sanksi moral untuk perbuatan seseorang, dan menjadi dasar persamaan tujuan serta nilai-nilai yang menjadi landasan keseimbangan masyarakat, dan juga menentramkan hati dan jiwa.

Untuk memahami, menanggapi dan sekaligus mencari solusi dari permasalahan musibah, penulis menggunakan pendekatan fungsional agama dengan menggunakan bangunan sosiologi agama. Adapun model analisis yang dipakai adalah analisis deskriptif, integratif, dan kausal-komparatif. Tahapantahapan metodologis ini dipakai sebagai alat untuk mengungkap permasalahn musibah, yakni mendeskripsikan, mengintegrasikan atau menyusun tipologi dari semua data yang diperoleh, juga mengkritisinya.

Dengan menginterpretasi realitas musibah, yang menjadi permasalahan manusia. Agama mempunyai peran dan fungsi dalam menanggapinya. Berdasarkan penelitian diketahui, bahwa semua manusia pasti mengalami atau tertimpa musibah, dan akibat yang dihasilkan oleh musibah bisa berakibat pada kematian. Dalam menanggapi permasalahan tersebut, agama mempunyai peran dan fungsi penting dalam menanggapinya. Agama seperti diungkapkan para ahli sosiolog sebagai semesta simbolik yang memberi makna pada kehidupan manusia, dan memberikan penjelasan yang paling komprehensif tentang seluruh realitas. Agama merupakan naungan sakral yang melindungi dari situasi kekacauan (chaos). Bagi para penganutnya, agama berisikan ajaran-ajaran mengenai kebenaran tertinggi (summum bonum) dan mutlak tentang aksistensi manusia dan petunjuk-petunjuknya untuk hidup selamat di dunia dan akhirat. Sebagai sistem keyakinan agama bisa menjadi bagian dan inti dari sistem nilai yang ada dalam kebudayaan masyarakat, dan menjadi pendorong atau penggerak serta pengontrol bagi tindakan anggota masyarakat untuk tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran agama.

Dari situ agama memberikan solusi dalam menanggapi permasalahan musibah, yaitu dengan tabah, sabar dalam menanggapinya, tetap terus berusaha dan tidak putus asa dalam menghadapi permasalahan tersebut, yakin bahwa ada dunia luar yang tidak terjangkau oleh manusia (beyond), dan lebih mendekatkan diri pada Tuhan dengan sarana ritual yang memungkinkan memberikan jaminan dan keselamatan hidup di dunia maupun akhirat. Sumber: digilib.uin-suka.ac.id (diakses: 25 November 2010)

Seperti halnya dengan isyu yang telah melanda di Provinsi Sulawesi Barat, ribuan warga Kab. Majene dan Polewali Mandar, mengungsi. Mereka memilih meninggalkan rumah setelah mendengar informasi akan terjadi gempa dan tsunami.

Kendati Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) stasiun Majene sudah menegaskan bahwa isu tersebut tidak benar, hingga Rabu ( 24/11 ), warga masih mengungsi. Para nelayan juga tidak melaut.

Pengungsian besar-besaran terjadi di pemukiman pesisir di Majene antara lain di Sirindu, Pamboang, Rangas, Totoli, serta Baurung.  Warga Desa Tandung, Kecamatan Tinambung, Polewali Mandar yang juga mendengar isu gempa tsunami tersebut juga memilih mengungsi.

Pengungsian yang terjadi sejak Senin ( 22/11 ) itu mencapai puncaknya pada Selasa (23/11 ) malam. Pada Selasa malam itu, warga pesisir Majene dan sebagian Polewali Mandar meninggalkan rumah mereka dan memilih menginap di pemukiman yang di perbukitan seperti di kelurahan Tande, kecamatan Banggae Timur yang berada di ketinggian Majene.

Tidak ada kejelasan dari mana masyarakat memperoleh isu akan terjadi gempa dan tsunami tersebut. Warga mengaku hanya mendengar informasi dari warga lainnya, bahwa tidak lama lagi Majene akan terjadi gempa dan tsunami.  Sebagian warga mengaku yakin akan terjadi gempa dan tsunami setelah sejumlah media cetak dan elektronik menyiarkan berita bahwa salah satu daerah rawan Gempa dan Tsunami di Indonesia adalah kabupaten Majene.

Kepala BMKG Majene, Eby Sofyan yang ditemui Rabu dinihari di kantornya, mengaku sudah berulangkali memberi pengertian ke masyarakat bahwa isu gempa dan tsunami itu tidak benar. Hingga Rabu subuh, puluhan warga masih bergantian mendatangi kantor BMKG Majene untuk meminta penjelasan terkait kabar akan terjadinya gempa dan tsunami.

“Kami sudah berulangkali memberi tahu ke masyarakat bahwa gempa maupun tsunami tidak bisa diprediksi, memang Majene rawan gempa karena dilewati patahan Saddang tapi itu tidak bisa diketahui kapan akan terjadi” kata Eby. Pemkab Majene baru akan menggelar rapat hari Rabu (24/11) sore ini untuk menenangkan warga yang makin resah akibat isu gempa dan tsunami.

“Pelaku penyebar isu bisa jadi provokator yang memiliki tujuan lain, segera akan saya perintahkan pemerintah kabupaten Majene segera meluruskan informasi tersebut,” kata Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh.

Warga sendiri menyatakan masih cemas dan khawatir akan terjadinya gempa dan tsunami karena belum ada penjelasan resmi dari pemda terkait isu tersebut. Para warga mengungsi kedaerah pegunungan dengan membawa sanak keluarganya dengan berbekal seadanya karena khawatir mereka akan dihantam tsunami yang datang dari perairan Sulawesi. Sumber: DATAstudi Information (diakses: 25 November 2010)


Sumber Gambar: Search Engine (google.co.id)


No comments :

Leave a Reply